Sabtu, 18 Desember 2010

Kaum manusia yang paling dicintai Allah : Adalah yang paling bermanfaat bagi mereka.

Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda :
 “ Kaum manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi mereka, Dan amalan yang paling dicintai Allah ‘azza wajalla adalah amalan yang mendatangkan kebahagian bagi seorang muslim, atau yang dapat menepis kesedihannya, atau dapat melepaskannya dari jerat hutang, ataukah menghilangkan rasa laparnya. Dan saya berjalan bersama saudaraku seorang muslim dalam untuk memenuhi kebutuhannya lebih saya cintai dari pada melakukan I’tikaf selama sebulan. Dan barang siapa yang menahan amarahnya niscaya Allah akan menutupi auratnya. Dan barang siapa yang menahan lagi mengendalikan hawa amarah dan jika dia berkehendak untuk melepaskannya dia dapat melepaskannya, niscaya Allah akan memenuhi hatinya dengan keridhaan pada hari kiamat. Dan barang siapa yang berjalan bersama saudaranya seorang muslim untuk memenuhi kebutuhannya hingga saudaranya itu mendapatkan kebutuhannya, Allah ta’ala akan menetapkan pijakan kakinya pada hari dimana kaki-kaki manusia pada berguncang. Dan sesungguhnya akhlak yang buruk akan merusak amal, sebagaimana cuka akan merusak madu “ (Shahih al-Jami’ ash-Shaghir no. 176).
          Yang mendatangkan manfaat bagi kaum manusia : Yaitu yang mendatangkan manfaat bagi dirinya sendiri, kedua orang tuanya, istrinya, anak-anaknya dan saudara-saudaranya kaum muslimin.
Mendatangkan manfaat bagi dirinya sendiri, istrinya dan anak-anaknya dengan melaksanakan segala perintah Allah ta’ala dan Rasul-Nya. Dan menunaikan segala amal-amal ibadah dan ketaatan dan melaksanakan segala amalan yang akan mengantarkan dirinya dan mereka kepada kemenangan meraih surga dan kebahagiaan mereka diakhirat. Dan menghidarkan diri dari segala larangan-larangan Allah ‘azza wa jalla dan Rasul-Nya, dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan dan segala bentuk kemungkaran dan meninggalkan segala sesuatu yang akan mengantarkan dirinya dan mereka kedalam neraka jahannam dan kepedihan diakhirat. Dan memberi manfaat bagi kedua orang tuanya dengan berlaku baik kepada mereka berdua dan mendatangkan kebahagiaan kepada mereka dan memberi pelayanan kepada mereka berdua.
          Dan memberi manfaat bagi saudara-saudara mereka kaum muslimin dengan amalan-amalan yang paling dicintai Allah :
Kebahagiaan yang mereka berikan kepada setiap muslim dengan perbuatan yang ma’ruf dan yang paling rendahnya adalah dengan menjumpainya dengan wajah yang berseri-seri,  dengan wajah yang tersenyum, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam  :
   Janganlah engkau memandang rendah perbuatan yang ma’ruf walau sedikitpun juga. Walau engkau menjumpai saudaramu  dengan wajah yang berseri-seri “ (Diriwayatkan oleh Muslim didalam Kitab al-Birr, bab. Istihbaab thalaah al-wajhi ‘inda al-liqaa’).
Dan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam  :
 “ Dan engkau menampakkan senyuman dihadapan wajah saudaramu , adalah shadaqah darimu “ (Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 1594).
          Ataukah kesedihan yaitu perasaan sedih yang dia tepis dari perasaan seorang muslim kemudian membuatnya berbahagia dengan hartanya atau kedudukanya, atau bantuannya atau isyarat, pemikiran dan arahan darinya. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam  :
 “ Barang siapa yang menghalau kesedihan dari kesedihan-kesedihan karena dunia pada diri seorang mukmin, niscaya Allah akan menghalau dari dirinya kesedihan dari segala kesediha yang ada pada hari kiamat “ (Diriwayatkan oleh Muslim didalam Kitab adz-Dzikr, bab. Fadhlu al-Ijtima’ ‘ala tilawah al-Qur’an wa ‘ala adz-Dzikr).
          Ataukah hutang seorang muslim yang dia tunaikan, atau mengakhirkan tuntutan pembayarannya apabila dia sipemilik piutang. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda :
 “ Barang siapa yang menunda pembayaran hutang seorang yang dalam kesempitan, maka baginya setiap hari terhitung shadaqah, sebelum masa utangnya terlunasi. Dan apabila telah tiba masa utangnya kemudian dia mengakhirkannya maka baginya setiap hari terhitung shadaqah dua kali lipatnya “ (Shahih al-Jami’ ash-Shaghir).
Dan beliau  Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda :
 “Barang siapa yang memberi keringanan bagi seseorang yang berada dalam kesmepitan, maka Allah akan memberinya keringanan didunia dan akhirat “ (Diriwayatkan oleh Muslim didalam Kitab adz-Dzikr, bab. Fadhlu al-Ijtima’ ‘ala tialawah al-Qur’an wa ‘ala adz-Dzikr).
Dan  beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda :
 “ Barang siapa yang hendak berbahagia dengan mendapatkan keselamatan dari Allah dari segala kesedihan pada hari kiamat, maka hendaknya dia memberi keringanan bagi seorang yang dalam keadaan sempit atau menuntaskannya “ (Diriwayatkan oleh Muslim didalam Kitab al-Masaaqah, bab. Fadhlu indhzaar al-mu’sir wa at-tajawuz fil-qadhaa’).
Ataukah dia membebaskan hutang yang ada pada saudaranya dan bershadaqah dengan itu baginya, dan ini jauh lebih baik dari pada mengakhirkan tuntutan pembayarannya. Allah ta’ala berfirman :
          “ Dan jika orang yang berhutang itu dalam kesukaran, maka berilah penangguhan sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan – sebagian atau semua hutang itu – lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui “ (Surah al-Baqarah : 280).
Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda :
 “ Barang siapa yang menangguhkan pembayaran seorang yang kesukaran – dalam melunasi hutangnya – ataukah membebaskannya dari hutang, Allah akan menaunginya dibawah naungan-Nya “ (Diriwayatkan oleh Muslim didalam Kitab az-Zuhud, bab. Hadits Jabir ath-thawiil wa qishshah Abi al-Yasr).
          Atau rasa lapar yang ia hilangkan dari seorang muslim mengharapkan wajah Allah ta’ala, tidak menginginkan dari hal itu balasan, tidak pula pujian dan tidak juga ucapan terima kasih, berdasarkan firman Allah ‘azza wajalla :
          “ Dan mereka memberi makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu, hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula ucapan terima kasih “ (Surah al-Insan : 8 – 9).
 Dan berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam  :
 “ Sebarkanlah salam. Dan berilah makan, dan kalian jadilah saudara sebagaimana yang Allah perintahkan bagi kalian “ (Shahih al-Jami’ ash-Shaghir no. 1089). 
Dan sebagaimana pula yang disabdakan oleh beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam  :
 “ Sebaik-baik kalian adalah yang memberi makan dan yang menjawab salam “ (Shahih al-Jami’ ash-Shaghir no. 3318).
          Ataukah kebutuhan seorang muslim yang dia penuhi atau yang dia tunaikan baginya atau membantunya memenuhi kebutuhannya atau berjalan bersamanya untuk memenuhi kebutuhannya tersebut, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  :
 “ Barang siapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya “ (Diriwayatkan oleh al-Bukhari didalam Kitab al-Madhzalim, bab. Laa yudhzlimu al-muslimu al-muslima wa yuslimuhu).
Dan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
 “ Allah akan menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya” (Diriwayatkan oleh Muslim didalam Kitab adz-Dzikr, bab. Fadhlu al-Ijtima’I ‘ala Tilawati al-Qur’an wa ‘ala adz-Dzikr).
          Ataukah kemarahan yang dapat dia tahan kepada orang lain, dikarenakan Allah ‘azza wajalla telah memuji orang-orang yang memberi maaf disaat marah dan Allah juga menyanjung mereka, Allah ta’ala berfirman :
          “ .. Dan apabila mereka marah mereka memberi maaf “ (Surah asy-Syura : 37).
Dan dikarenakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  telah mewasiatkan untuk mencegah rasa amarah, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda :
“ Janganlah engkau marah “ (HR. al-Bukhari didalam Kitab al-Adab, bab. Al-Hadzru min al-ghadhab).
Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  juga  menganjurkan agar dapat menahan diri disaat marah, bahwa hal itu merupakan ibadah dan jihad bagi diri sendiri. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda :
 “Bukanlah dikatakan seseorang itu tegas dengan memberi perlawanan, melainkan seorang yang tegas adalah yang dapat menguasai dirinya disaat marah “ (HR. al-Bukhari didalam Kitab al-Adab, bab. Al-Hadzru min al-ghadhab).
          Dan kemarahan yang dapat ditahannya dan tidak menurutkan amarahnya kepada kaum manusia, melainkan menahan keburukannya kepada mereka dan dengan hal itu dia mengharap balasan pahala disisi Allah ‘azza wajalla. Dan dikarenakan Allah ta’ala telah memberi pujian kepada orang-orang yang dapat menahan amarah mereka, dan memberi maaf bagi kaum manusia, dan Allah mengabarkan bahwa Dia mencintai mereka dengan sikap terpuji mereka dalam hal itu. Allah ta’ala berfirman :
          “ Dan orang-orang yang dapat menahan amarah mereka dan memberi maaf bagi manusia. Dan Allah mencintai orang-orang yang berlaku ihsan/terpuji “ (Surah Ali Imran : 134).
Dan dikarenakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  telah menganjurkan untuk menahan amarah dan memberi maaf bagi manusia, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda :
 “ Tidak ada perbuatan yang lebih besar pahalanya disisi Allah selain dari menahan marah, dan menguasai amarah untuk mengharapkan –perjumpaan – dengan wajah Allah “ (Shahih Sunan Ibnu Majah no. 3377)
Dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda :
 “ Barang siapa yang dapat menahan marah, sedangkan dia mampu untuk melakukannya, Allah ‘azza wajalla akan memanggilnya dihadapan segenap makhluk-Nya pada hari kiamat, hingga Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dikehendakinya “ (Shahih Sunan Abu Daud no. 3997).
          Ataukah akhlak yang  buruk yang dia hindari hingga tidak merusak segala amal atau pelayanan yang dilakukan kepada saudaranya sesama muslim. Dan mempergauli manusia dengan akhlak yang terpuji hingga dengan begitu dia akan mencapai derajat seorang yang senantiasa berpuasa dan mengerjakan shalat al-lail, sebagaimana yang dikabarkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
 “ Sesungguhnya seorang mukmin dengan akhlak yang terpuji akan mencapai derajat seorang yang senantiasa berpuasa dan mengerjakan shalat malam “ (Shahih Sunan Abu Daud no. 4013).
Dan agar supaya pahalanya menjadi berat ditimbangan al-Mizan pada hari kiamat, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  :
 “ Tidak ada suatupun yang diletakkan diatas al-Mizan yang lebih berat dari perilaku/akhlak yang terpuji. Dan sesungguhnya seorang yang berakhlak mulia akan mencapai derajat seorang yang selalu berpuasa dan mengerjakan shalat “ (Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 1629).
          Dan sesungguhnya manusia yang paling dicintai Allah adalah yang dapat memberi manfaat bagi mereka, dia dapat memberi manfaat bagi semua kaum manusia, dikarenakan dia telah mengamalkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  :
 “ Tidaklah seorang diantara kalian beriman hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri “ (HR. al-Bukhari didalam Kitab al-Iman, bab. Minal-Iman an-yuhibba li-akhihi maa yuhibbu li-nafsihi).
Dia mencintai kebaikan bagi saudara-saudaranya sebagaimana dia mencintai kebaikan itu bagi dirinya sendiri. Dan dia mencintai agar bagi mereka mendapatkan sebagaimana yang dia dapatkan. Demikian pula dia membenci suatu keburukan menimpa saudara-sudaranya sebagaimana dia membenci keburukan itu menimpa dirinya sendiri. Dan dia tidak menyukai dirinya menjadi lebih baik daripada selainnya, dan hal itu tidak akan menjadi sempurna kecuali dengan meninggalkan rasa hasad, dengki, dendam, tipu daya, …

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar