Sabtu, 18 Desember 2010

Hamba yang paling dicintai Allah adalah yang paling mulia akhlaknya

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda :
 “ Hamba yang paling dicintai Allah adalah yang paling terpuji akhlaknya “ (Shahih al-Jami’ ash-Shaghir no. 179).
          Akhlak yang terpuji -Lihat di dalam Ihya’ Ulumuddin karya al-Ghazali 3 / 52 – 70, Fathul Baari karya al-‘Asqalaani 10 / 456 dan 459, dan ‘Aun al-Ma’bud karya al-‘Adhzim Abadi 13 / 107- : al-Khuluq dan al-Khalq adalah dua ibarat yang dipergunakan secara bersamaan, dikatakan : Fulan mempunyai al-Khuluq atau al-Khalq yang terpuji, yang bermakna kebaikan akhlak secara batin maupun lahir. Berarti yang dimaksud dengan al-Khalq adalah bentuk lahiriah, dan yang dimaksud dengan al-Khuluq adalah gambaran yang batin. Hal itu dikarenakan manusia terdiri atas fisik jasmani yang dapat terlihat oleh mata penglihatan dan ruh dan jiwa yang dapat dijangkau dengan hati sanubari. Dan masing-masing dari keduanya memiliki keadaan dan bentuk baik itu buruk ataukah indah. Al-Khuluq adalah ibarat akan keadaan jiwa yang teguh, dan dari jiwa yang teguh inilah akan menghadirkan perbuatan-perbuatan yang dengan sangat mudah dan gampang tanpa membutuhkan pemikiran dan penalaran.
Dan apabila dari keadaan tersebut akan menghadirkan perbuatan-perbuatan yang baik dan terpuji baik ditinjau dari sisi akal sehat maupun syara’, maka keadaan jiwa tersebut dinamakan sengan akhlak yang terpuji. Dan apabila dari keadaan jiwa tersebut menghadirkan perbuatan-perbuatan yang buruk maka keadaan jiwa tersebut yang menjadi rangka acuannya dinamakan sebagai akhlak yang buruk. Dan seorang manusia tidak akan dikatakan memiliki akhlak tertentu yang terpuji hingga akhlak itu benar-benar kokoh berada didalam dirinya secara kokoh dan teguh. Dan akan menghadirkan bermacam perbuatan dengan sangat mudah tanpa adanya pemikiran lebih lanjut. Adapun seseorang yang mengupayakan  sebuah amalan dengan kesungguhan dan melalui suatu pertimbangan maka tidaklah dikatakan bahwa perbuatan ini sebagai akhlaknya …
Dan pemisalan akan hal itu, seseorang yang berupaya untuk menyerahkan sejumlah hartanya untuk sebuah keperluan yang mendadak atau berusaha untuk diam tatkala marah dengan upaya yang bersungguh-sunguh dan melalui sebuah pertimbangan, tidaklah dikatakan bahwa kedermawanan dan kelebutan sebagai akhlaknya.
          Sesungguhnya bentuk fisik tidak akan dapat dirubah berbeda halnya dengan akhlak yang berlaku sebaliknya dari hal itu, yang mana didapati da’wah Islam kepada akhlak-akhlak yang mulia  dan Amar ma’ruf Nahi mungkar. Dan juga dijumpai ada sekian banyak wasiat, nasihat dan pengajaran adab. Allah ta’ala berfirman :
          “ Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum hingga mereka merubah apa yang ada pada diri mereka “ (Surah ar-Ra’ad : 11).
Maka perubahan pada diri seseorang dari akhlak-akhlak yang buruk menuju akhlak-akhlak yang terpuji dan mengupayakan akhlak-akhlak terpuji lainnya yang baru adalah suatu yang memungkinkan dengan kesungguhan dan melatih jiwa.  Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam  telah berdoa memohon kepada Rabb beliau untuk diarahkan kepada akhlak-akhlak yang terpuji dan mengharapkan taufiq dari-Nya untuk dihiasi dengan akhlak-akhlak tersebut :
 “ Wahai Allah  berilah aku petunjuk-Mu kepada akhlak yang mulia yang tidak ada seorangpun yang akan memberi petunjuk kepada akhlak yang mulia tersebut selain Engkau, dan palingkanlah dariku akhlak yang buruk, tidak ada seorangpun yang dapat memalingkannya dariku selain Engkau “ (Diriwayatkan oleh Muslim didlaam Kitab Shalat al-Musafirin wa Qashruha, bab. Shalat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam  dan du’auhu bil-lail).
Dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam  juga mewasiatkan :
 “ Dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang terpuji “ (Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 1618).
          Akhlak adalah sifat manusia yang nampak dalam pergaulannya dengan orang lain, yang dapat berupa akhlak yang terpuji ataukah akhlak yang tercela. Akhlak yang terpuji secara garis besarnya menempatkan dirimu bersama selainmu lalu engkau berlaku bijak dari dalam dirimu bukan bagi dirimu. Dan secara rinci berupa, sifat pemaaf, kelembutan, kedermawanan, sabar, dapat menahan diri dari segala gangguan, pengasih, penyayang, – berusaha – memenuhi segala kebutuhan –orang lain -, saling mencintai, bersikap lunak dan lain sebagainya, sedangkan akhlak yang tercela adalah sebaliknya …. Akhlak sendiri adalah sifat bawaan masing-masing manusia, dan mereka bertingkat-tingkat dalam hal tersebut. Maka siapa saja yang lebih menonjol akhlak yang terpuji dari sifat bawaannya, jikalau tidak maka dia diperintahkan untuk berupaya dengan kesungguhan hati untuk meraih hal tersebut hingga akhlaknyapun menjadi terpuji, dan demikian pula jikalau manusia itu lemah, maka dia yang lemah ini mesti sering berlatih hingga menjadi kuat.
          Dan sesungguhnya akhlak yang terpuji mempunyai hasil yaitu tanda-tanda yang menunjukkan keberadaan akhlak yang terpuji tersebut. Ada yang mengatakan : Bahwa akhlak yang terpuji adalah dengan wajah yang berseri-seri, bermurah hati, menghalau setiap gangguan, dan memberi bantuan . Ada yang mengatakan : Akhlak yang terpuji adalah dengan tidak memusuhi siapa saja yang memusuhinya disebabkan kuatnya ma’rifah dia kepada kepada Allah.
Ada yang mengatakan : Bahwa akhlak yang terpuji adalah dengan dekat kepada setiap manusia namun sebagai seorang yang asing jika berada ditengah-tengah mereka..
Ada yang mengatakan bahwa akhlak yang terpuji adalah dengan menjadikan setiap makhluk ridha baik dalam keadaan lapang atau dalam keadaan sempit. Ada yang berpendapat bahwa akhlak yang terpuji adalah keridhaan dari Allah ta’ala. Ada yang mengatakan : Bahwa akhlak yang terpuji yang paling rendah adalah dengan  kesanggupan menanggung cobaan, tidak mengharapkan ganjaran perbuatan, pengasih terhadap yang berlaku dhalim kepadanya, memintakannya ampunan, dan menyayanginya.
Ada yang mengatakan bahwa  yang dimaksud dengan akhlak terpuji adalah dengan tidak menuduh al-Haq – Allah – dalam pembeian rizki-Nya, percaya kepada-Nya, merasa tenang akan penunaian janji-Nya sehingga diapun mentaatinya dan tidak bermaksiat kepada-Nya dalam setiap perkara antara dirinya dan Allah, dan antara dirinya dan semua manusia.
Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan akhlak yang terpuji adalah yang memiliki tiga sifat : Menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan yang haram, mencari setiap yang halal, dan bersikap lapang kepada yang diurusnya. Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan akhlak yang terpuji adalah : Dengan menampik setiap pengaruh yang timbul dari perangai buruk  kaum manusia setelah anda dapat menjangkau al-Haq.
Dan ada yang mengatakan : Akhlak yang terpuji adalah tidak adanya keinginan yang anda hendak raih selain Allah ta’ala.
          Sebagian ulama mengumpulkan tanda-tanda akhlak yang terpuji, dan mengatakan : Akhlak yang terpuji adalah jikalau seseorang memiliki rasa malu, sedikit menebar gangguan, seringkali berbuat kebajikan, lisan yang jujur, sedikit berbicara, banyak melakukan amal. Jarang melakukan kesalahan dan jarang ikut campur urusan orang lain, sebagai seorang yang baik, berwibawa, sabar, mau berterima kasih, ridha, lemah lembut, santun, menjaga kesucian diri dan penyayang  bukan sebagai seorang yang senang melaknat, atau senang mencela, mengadu domba, senang menyebar ghibah, tidak sering tergesa-gesa, tidak dengki, tidak kikir, tidak hasad,  sebagai seorang dengan wajah yang murah senyum, berseri-seri riang, cinta karena Allah, benci karena Allah, ridha karena Allah dan marah karena Allah.
          Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda :
 “ Tidak ada amalan  yang diletakkan di atas al-Mizan yang lebih berat daripada akhlak yang mulia. Dan sesungguhnya seseorang yang berakhlak mulia akan mencapai derajat seorang yang berpuasa dan mendirikan shalat” (Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 1629).
Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda :
 “ Sesungguhnya seorang mukmin dengan akhlaknya yang terpuji akan mencapai derajat seorang yang berpuasa dan mengerjakan shalat “ (Shahih Sunan Abu Daud no. 4013).
Dan seorang yang berakhlak mulia akan meraih keutamaan yang agung ini , dikarenakan seorang yang berpuasa dan mengerjakan shalat pada malam hari, keduanya bersungguh-sungguh menghadapi hawa nafsu mereka,  sedangkan seorang mulia akhlaknya bersama kaum manusia bersamaan dengan tabi’at mereka yang bermacam-macam serta akhlak mereka yang berbeda-beda, seolah-olah dia menghadapi sekian banyak jiwa, maka diapun akan mendapatkan apa yang didapatkan oleh seorang yang berpuasa dan yang mengerjakan shalat diwaktu malam dalam nilai ketaatan, maka keduanyapun setara dalam derajat yang sama, bahkan terkadang yang berakhlak mulia memiliki nilai tambah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar