Jumat, 17 Desember 2010


Rasulullah saw. bersabda: “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemipin akan dimintai pertanggunganjawabannya”. Ini berarti bahwa setiap manusia harus mempunyai kecakapan untuk memimpin, sehingga ia benar-benar bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Dengan kecakapan yang dimiliki, manusia itu akan mampu berlaku adil dan tampil bijaksana dalam mengatur kehidupannya.
Kepemimpinan merupakan tema besar dalam sejarah hidup manusia sehingga mendapat perhatian serius. Teori-teori kepemimpinan tak henti dirumuskan dan dievaluasi.
Tidak ada indikasi yang memberi gambaran bahwa segala sesuatu yang terkait dengan kepemimpinan akan pupus berakhir. Persoalan kepemimpinan tampaknya akan senantiasa hidup menyertai perjalanan hidup manusia itu sendiri.
Saat ini, kita sering menyaksikan orang-orang berlomba untuk menjadi pemimpin. Terkadang kita sampai bingung karena begitu banyaknya calon-calon yang akan dipilih. Muncul pertanyaan dalam pikiran kita, apakah mereka sudah layak dan kompeten untuk menjadi pemimpin?.
Kepemimpinan Ideal
Ke depan kita tidak akan memilih pemimpin yang hanya menjadikan dirinya sebagai sosok sang penguasa (need for power) yang hanya bisa duduk di singgasana dan memanfaatkan fasilitas yang ada demi kepentingan pribadi dan kelompoknya serta menggunakan kekuasaan dan wewenangnya untuk kepentingan diri, keluarga dan kroni-kroninya.
Sebagai ilustrasi sederhana apa yang ditulis oleh Komaruddin Hidayat dalam bukunya “Tragedi Raja Midas”. Raja Midas yang diceritakan dalam buku ini adalah sosok seorang penguasa yang ingin memperkaya dirinya, sehingga ia memohon kepada para dewa agar apa yang disentuhnya semuanya menjadi emas.
Akhirnya, ia kebingungan sendiri, ketika menyentuh istrinya langsung berubah menjadi emas, ingin minum atau makan ketika tersentuh langsung jadi emas, apapun yang ia sentuh menjadi emas. Apa yang bisa diharapkan dari kondisi yang seperti ini?. Jelas bahwa dari penguasa akan terlahir keserakahan, dan ketidak perdulian terhadap kondisi rakyatnya.
Model penguasa seperti ini akan melahirkan banyak kelemahan seperti ambisi buta, memaksa orang lain, haus kekuasaan, haus pengakuan, terlalu sibuk denga penampilan, harus tampak sempurna dan lain-lain. Sebaliknya, ke depan kita membutuhkan seorang pemimpin yang betul-betul memiliki kemampuan (capability) dalam me-manage bangsa ini.
Untuk membangun sebuah masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera, maka dibutuhkan seorang figur yang betul-betul berkarakter bijaksana. Sebagai langkah awal dalam rangka pencerdasan masyarakat dalam memilih, pemahaman tentang kriteria pemimpin yang ideal perlu ditanamkan dan ditradisikan. Beberapa kriteria tersebut adalah :
Pertama, beriman. Nilai-nilai luhur kepemimpinan yang diajarkan Islam hanya dapat dilaksanakan secara maksimal jika pelakunya seorang mukmin.
Kedua, memiliki keahlian. Kemampuan dan keahlian (kapabilitas) merupakan syarat mutlak dalam meletakkan amanah dipundak seseorang. Seperti disebutkan dalam teori managemen, “the right man on the right place”. Islam sudah mengajarkan profesionalisme lewat pesan Rasulullah : “jika urusan itu diserahkan pada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya” (H.R.Muslim).
Ketiga, diterima masyarakat (akseptabel). Keahlian yang teruji ditambah integritas pribadi yang terpuji membuat seorang pemimpin mudah diterima oleh masyarakatnya.
Keempat, tidak arogan, otoriter dan bersedia menerima koreksi.
Kelima, berkwalitas. Dari segi fisik, mental dan intelektual. Pengetahuan dan wawasan yang luas, mental dan fisik yang sehat sangat membantu memecahkan persoalan yang akan dihadapi. Rasulullah bersabda : “seorang mukmin yang kuat lebih baik dan dicintai oleh Allah ketimbang mukmin yang lemah” (H.R.Muslim).
Keenam, mengupayakan terwujudnya kemaslahatan umat. Segi inilah yang banyak diabaikan oleh para pemimpin saat ini. Orientasi kepemimpinan yang semestinya ditujukan pada kemaslahatan umat berubah kearah kepentingan dan kekuasaan.
Bila kita siap untuk menjadi pemimpin maka kita harus mempersiapkan diri dengan menauladani apa yang telah dipraktekkan oleh Rasulullah.
Seorang pemimpin harus siap untuk selalu turun ke lapangan di semua lapisan masyarakat. Seorang pemimpin harus memiliki program yang benar serta memiliki visi ke depan untuk mewujudkan masyarakat adil, makmur dan sejahtera.
Tentu saja, ia mampu menerjemahkan visinya menjadi bukti nyata bukan sekedar janji-janji yang seringkali tanpa bukti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar